Jika di pikir-pikir, pekerjaan perawat tak ubahnya seorang pelayan. Bukan bermaksud merendahkan. Namun kenyataannya memang seperti itu.
Mulai dari mengurus pup pasien sampai menyuapi makan, itu semua merupakan tugas perawat. Bedanya, pelayan ini merupakan sebuah profesi. Ada ilmunya, ada institusi pendidikannya, ada wadah organisasinya.
Profesi ini juga bisa dikatakan profesi unggulan dan mempunyai prospek masa depan yang cerah. Ya walaupun para pendahulu profesi ini mengalami banyak “tantangan penderitaan”, namun banyak pengamat yang menilai bahwa 10-20 tahun kedepan profesi ini memegang mahkota “Profesi Paling Menjanjikan.”
Coba kita lihat, sekarang saja pelayanan yang seharusnya dilakukan di rumah sakit – lazimnya – dikarenakan perkembangan zaman dan mobilitas manusianya itu sendiri, kini mereka – khususnya orang-orang berduit – sudah enggan pergi ke rumah sakit atau bahkan mengurus orang tua, suami, istri, sanak saudaranya yang sakit. Mereka lebih baik mengeluarkan uang untuk mempekerjakan dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk datang kerumah. Tidak terkecuali perawat.
Sebagai informasi, di Bandung saja ongkos homecare perawat untuk 1 bulan mencapai Rp. 9 jutaan untuk pelayanan 24 jam/hari. Lain lagi untuk fisioterapis yang meminta 1 kali kunjungan rumah yang tidak lebih dari setengah jam mereka biasanya meminta ongkos Rp. 150 – 200 ribuan. Belum lagi yang lain-lainnya.
( Related article : Edisi 1 – Lahan Maha Subur Perawat Indonesia )
Terlepas dari semua itu, ternyata dengan menjadi perawat, kita akan mendapatkan banyak sekali keuntungan yang bahkan tidak bisa dibeli dengan uang. Berikut beberapa keuntungan menjadi seorang perawat yang telah saya rasakan sendiri.
1. Belajar Kesabaran
Tidak dipungkiri lagi, kesabaran merupakan faktor utama yang harus ada dalam diri seorang perawat. Walaupun dalam kenyataanya tidak seindah dari yang saya katakan, namun tetap saja ketika kita merawat seorang pasien, butuh kesabaran ekstra terutama ketika mengahadapi keluhan ini itu baik dari keluarga pasien ataupun pasien itu sendiri.
Pernah suatu ketika saya sedang dinas malam. Saat itu saya berstatus perawat homecare. Pasien saya seorang orang ternama di salah satu kota di negeri ini. Istrinya juga seorang dokter bedah senior di salah satu rumah sakit terbaik di negeri ini. Pasien tersebut menderita penyakit diabetes sejak beberapa bulan yang lalu. Kini beliau juga menderita hemipharese di extremitas atas bawah kirinya sehingga perlu latihan mobilisasi dan keseimbangan. Setelah memberikan latihan ROM dan juga memberikan inject lantus 16 unit pada jam 10 malam, beliaupun tertidur dengan nyenyak. Sampai pukul setengah 3 beliau terbangun karena pegal di kaki kanannya, saya pun memberikan pijat refleksi selama 1.5 jam sampai beliau tertidur pulas. Malam itu saya sama sekali tidak tidur dikarenakan takut beliau terbangun lagi.
Tepat pukul setengah 6, saya bangunkan beliau untuk mandi. Namun ketika saya mengecek gula darah puasanya, ternyata beliau mengalami hipoglikemi. Saat itu angka pada glukocheck menunjukan angka 78mg/dl. Tanpa menunggu lebih lama, saya meminta bibi – pembantu – untuk membawa teh manis dan juga makanannya. Setelah tertangani, menyuapi beliau makan dan membantu meminum obat.
Baru juga selesai, beliau bilang mau pup. Karena tidak sempat membawa tempat pup, akhirnya beliau pup di kasur – beliau memakai pempers -. Tidak sampai 5 menit setelah saya membersihkan pup beliau dan mengganti pampers yang baru, beliau bilang lagi mau pup. Masya allah, kalau saja tidak ingat akan tugas dan amanat. Pagi itu beliau sampai pup 4 kali dengan interval waktu yg berbeda, dan sebanyak itu pula saya mengganti pempers beliau.
Seperti itulah kegiatan saya, alhamdulillah berbekal kesabaran dan keuletan, kini beliau sudah bisa berdiri sendiri dan pup pada tempatnya.
2. Belajar Kreatif
Seperti sudah saya ceritakan di awal bahwa perawat adalah seni. Sedangkan seni itu sendiri berawal dari sebuah kreatifitas. Sesuai hukum matematika, perawat adalah seni. Maka perawat adalah orang yang kreatif. Benar? Jika salah maka berarti guru matematika saya mengajari saya hal yang keliru.
Ketika pasien saya – yang saya ceritakan diatas – pup sampai 4 kali, di ketiga kalinya persediaan pempers habis! Pada saat itu saya cuman berdoa semoga beliau tidak pup lagi. Tanpa menggunakan pempers, saya pakaikan kembali celana beliau.
Fikiran saya, biarlah beliau pakai celana dulu. Setelah itu, saya bisa menyuruh si bibi untuk membelikan pempers.
( Related article : Berhenti Mengeluh, Tumbuhkanlah Kreatifitas )
Belum juga si bibi datang membawa pempers, beliau sudah bilang mau pup lagi. Tadinya saya mau ambil tempat pup nya. Tapi beliau sudah kebelet. Ya sudah saya nyari2 plastik buat alas beliau pup. Plastik saya bagi dua sehingga lebih panjang.
Beliau saya miring kanan kan lantas plastik yang tadi saya simpan sebagi alas bokongnya. Alhamdulillah, pup nya lancar dan tidak mengenai kasur ataupun celana. Untungnya si bibi datang pas saya lagi membersihkan beliau, jadi saya langsung pakaikan pempers nya. Oh iya, untuk mencegah iritasi, saya berikan bedak talk di lipatan-lipatan kulit bokong dan juga kemaluan beliau. Alhamdulillah sampai saat ini teknik tersebut berhasil.
3. Belajar Mensyukuri Hidup
Banyak diantara kita yang di anugerahi harta melimpah. Pekerjaan mapan, istri cantik shalehah, liburan ke luar negeri. Mobil berderet di garasi. Belum lagi anak-anak sukses, ada yang menjadi dokter, insinyur, direktur perusahaan, dan lain-lain. Namun diantara sekian banyaknya, banyak pula yang diuji dengan berbagai macam penyakit. Jika diperhatikan, Tuhan memang Maha Adil.
Ketika saya merawat pasien, kadang saya berfikir, kenapa kita terus-terusan mengeluh? Sedang banyak diantara pasien kita justru ingin seperti kita. Pernah suatu ketika saya merawat pasien DM dengan luka dekubitus di ekstremitas kanan bawah. Anak istri dan sanak saudaranya sudah tidak mau merawat beliau dikarenakan bau yang menyengat dari luka beliau.Penyakit orang kaya biasanya penyakitnya mahal-mahal. Kanker, jantung, stroke, dan masih banyak yang lainnya. Sedangkan yang serba kekurangan paling batuk, flu, panas dingin, rorombeheun, pegal linu, hipertensi, dan lain-lain.
Ketika saya merawat lukanya, beliau berkata yang bahkan sampai membuat saya menitikkan air mata.
Mmmhh cep, coba mun bapa gaduh putra teh janten perawat kawas encep. Meureun ayeuna teh bapa dirawat teh moal ku batur. Tapi ku anak sorangan.
( kalau saja anak bapa perawat, mungkin yang merawat bapa sekarang bukan orang lain. Melainkan anak bapa sendiri )
Lain lagi dengan pengalaman teman saya yang merawat pasien stroke. Saat sedang melatih ROM pasif, si pasien berkata :
Percuma uang banyak, mobil berderet, perusahaan dimana-mana, tapi semua itu hanya untuk biaya dan mengantar saya ke rumah sakit
Begitu banyak pelajaran hidup yang bisa perawat dapatkan dari hanya merawat pasien. Semoga menjadi amal di hari akhir nanti. Amiin
Tentunya masih baaaaanyaak lagi keuntungan dan kelebihan lainnya yang bisa didapatkan dengan menjadi seorang perawat. Misalnya menambah wawasan baru, menambah link dan persaudaraan, keuntungan bisnis yang akan saya bahas dalam artikel khusus, dan lain sebagainya. Ini baru menurut saya pribadi. Bagaimana menurut teman-teman sejawat?
Silahkan sampaikan pendapat teman-teman bisa dalam bentuk komentar dalam artikel ini ataupun dengan mengirimkan tulisan teman-teman semua ke : nugrahafauzi92@gmail.com. Jika tulisan teman-teman bermanfaat dan bagus, pasti akan di muat.
Salam Sukses Salam Kreatif!
Nugraha Fauzi – Creative At 21
Diakses dari : https://creativeat21.com/2015/10/11/keuntungan-menjadi-seorang-perawat/